SUPORTER SEPAKBOLA INDONESIA

Suporter Sepakbola Indonesia
Suporter, sejati memang pemegang saham terbesar di bisnis sepakbola. Tiket dan juga kepercayaan sponsor semuanya ada ditangan suporter. Sejelek apapun image masyarakat pada kelompok suporter, sepakbola takkan jadi olahraga sebesar sekarang jika tanpa suporternya. Olahraga adalah persatuan, olahraga adalah Nasionalisme.
Namun diatas semua keistimewaan itu, suporter justru sering jadi kambing hitam. Budaya keharusan untuk membayar tiket memang harus digalakan namun juga merupakan kewajiban bagi pihak penyelenggara pertandingan untuk memberikan suasana yang nyaman ketika menonton di stadion.

Melihat permasalahan suporter di Indonesia yang seperti tidak berujung, dosen sosiologi dari UNJ (Univesitas Negeri Jogjakarta) dan UNS (Univestitas 11 Maret Solo) melakukan studi gabungan. Secara ilmiah menelaah suporter sebagai sebuah fenomena sosial yang cukup besar. 

Dosen FISIP UNS - Ahmad Ramdan
Sejauh ini diskusi tentang kelompok suporter tidak menjadi sebuah kajian khusus. Kelompok supporter di Indonesia luar biasa banyak jumlahnya dan Tidak dikelola dengan baik. Implikasi dari kelompok supporter yang tidak dikelola dengan baik adalah rentan dengan konflik dan rentan dengan kekerasan. Sehingga saya pikir suporter bisa diamati sebagai sebuah kajian dan mesti diedukasi sebagai potensi dan bukan lagi halangan dari dinamika kelompok di Indonesia.

Sebuah konflik atau persaingan memang seharusnya dipelihara di sepakbola namun tidak harus berujung kekerasan apalagi hingga memakan nyawa. Tapi kenapa yang terjadi di sepakbola indonesia seperti itu.

Sejauh ini situasi konflik seperti ini tidak diantisipasi oleh banyak pihak, baik pihak keamanan maupun pihak penyelenggara. Sehingga ada banyak pihak yang menempatkan suporter sebagai kambing hitam jika terjadi konflik. Padahal pada sisi yang lain kelompok supporter kemudian menjadi sebuah potensi ketika pertandingan ada. Salah satu sumber pendapatan dari sebuah penyelenggaraan pertandingan sepakbola adalah dari tiket yang dijual kepada suporter. Artinya konflik itu penting sebagai sebuah kompetisi, konflik mesti dijaga dalam semangat kompetisi. Akan tetapi ketika konflik melahirkan korban, konflik melahirkan kekerasan, konflik melahirkan kekacauan maka hal tersebut yang harus diantisipasi. Bahaya besar menanti bila konflik sepakbola indonesia terus dibiarkan. Karena konflik sudah mengarah pada perpecahan dua kubu besar. Dapat dipastikan dalam ajang sepakbola di Indonesia, perang saudara ini akan terus terjadi.

SOLUSI PERMASALAHAN SUPORTER

Solusi sederhana dalam mengatasi konflik antar supporter diantaranya adalah perlunya edukasi kepada para supporter. Sebuah prosedur standar perlu dibuat yang tidak hanya untuk suporter tapi juga untuk penyelenggara pertandingan, aparat keamanan serta media massa sangat diperlukan untuk mengatasi perang saudara ini.
Tentu kita tidak berharap besar bisa menyelesaikan konflik suporter di sepakbola Indonesia. Tapi kita ingin berkontribusi untuk memastikan bahwa ketika orang datang ke stadion dan melihat pertandingan, yang mereka butuhkan adalah kenyamanan.


Korban konflik antar suporter sudah saatnya kita hentikan. Sarana kamera sebagai keamanan bisa jadi solusi untuk menghukum oknum pelaku kejahatan. Bukan hanya penghakiman masyarakat pada kelompok suporter tertentu seperti yang selama ini kita berikan. Konflik yang sehat layaknya Milan FC VS Inter Milan FC, Barcelona FC VS Real Madrid, Bayer Muenchen FC VS Dortmund FC memang harus dipelihara namun tetap pada persaingan antar suporter yang sehat. Persaingan yang membuat pertandingan jadi lebih seru, persaingan yang membangun bisnis sepakbola kita yang akhirnya tentu saja akan menjadi persaingan yang membangun negeri kita tercinta. Damailah sepakbola Indonesia agar kita bisa sejajar dengan tim sepakbola dunia lainnya paling tidak sejajar dengan sepakbola Thailand.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar