MASALAH SEPAKBOLA INDONESIA

Masalah Sepakbola Indonesia

Sepakbola Indonesia saat ini sedang masuk dalam ketidakpastian. Hal ini disebabkan oleh pembekuan PSSI yang dilakukan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga yang dipimpin oleh Bapak Imam Nahrawi. Bagaimana nasib sepakbola Indonesia ke depan. Pastinya kita mengharapkan adanya perubahan yang berarti sehingga dapat mengangkat presatsi Sepakbola Indonesia ke level yang lebih baik.

Sejarah Singkat Masalah Sepakbola Indonesia

Untuk meningkatkan profesionalitas dalam kepengurusan persepakbolaan Indonesia, para pengurus PSSI membetuk suatu format kompetisi yang dinamakan dengan Liga Super Indonesia. Liga Super Indonesia diselenggarakan oleh Persatuan Sepakbola Indonesia (PSSI) untuk menjalankan amanat dari FIFA bahwasanya dalam kompetisi tertinggi sepakbola di suatu Negara harus dikuti oleh tim sepakbola yang professional (sumber pendanaanya tidak didapatkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/ APBD) dengan peserta minimal 18 klub. Liga Super Indonesia mulai bergulir pada tahun 2008 hingga pada tahun 2011 terjadi kekisruhan kepengurusan PSSI (Nurdin Halid VS Johar Arifin) yang menyebabkan terbentuknya dua Liga professional di persepakbolaan Indonesia, Liga Super Indonesia (tidak mendapat dukungan PSSI) dan Indonesia Premier League/ IPL (Liga baru bentukan PSSI Johar Arifin).

Puncak masalah sepakbola Indonesia terjadi pada tahun 2015. Ketika Badan Olahraga Profesional Indonesia tidak memberikan rekomendasi kepada tim Arema Cronus dan Persebaya untuk mengikuti QNB League (dulunya ISL) karena permasalahan legalitas kedua klub. Adapun perubahan nama kompetisi sepakbola tertinggi ini, karena mendapatkan sponsor dari Bank Qatar. QNB League akhirnya batal digelar setelah beberapa kali mengalami penundaan. Hal ini membuat sejumlah klub-klub professional kelimpungan dan bingung karena sponsor banyak yang menarik diri berakibat pada kekurangan kas klub sehingga terjadi penundaan gaji pemain. Kekisruhan bertambah parah ketika pada 17 April 2015, muncul surat dari Kementerian Pemuda dan Olahraga RI, perihal pembekuan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), sehingga semua aktivitas PSSI dalam sepakbola Indonesia tidak akan diakui atau illegal. Dengan dibekukannya PSSI maka untuk kepengurusan Sepakbola Indonesia sementara akan ditangani oleh KONI dan KOI sambil menunggu pembetukan tim transisi bentukan Pemerintah.

Kesimpulan :

Siapa sebenarnya yang paling dirugikan dengan masalah Sepakbola Indonesia saat ini. Tentunya PSSI, Klub, Pemain dan Pemerintah juga ikut rugi dengan adanya pemberhentian kompetisi. Bahkan akan semakin merugi jika benar adanya keluar sanksi FIFA seperti yang didengungkan oleh pengurus PSSI selama ini. Klub merugi karena ketiadaan kompetisi maka juga ketiadaan sponsor berimbas pada terlambatnya gaji pemain. Pemain juga merugi karena ketiadaan kompetisi maka gaji juga berkurang bahkan bisa tidak digaji sama sekali oleh Klub. Namun yang paling merugi adalah masyarakat Indonesia. Karena sepakbola bukan hanya merupakan olahraga namun telah menjadi hiburan rakyat yang bisa menghilangkan sejenak permasalahan ekonomi yang dihadapi.

Dengan banyaknya mudaharat atau kerugian tersebut, kita berdoa semoga saja Pemerintah, PSSI, Klub, Pemain bahkan semua elemen masyakat yang peduli akan sepakbola Indonesia dapat duduk bersama untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan segera. Sehingga olahraga yang menjadi hiburan semua rakyat Indonesia ini bisa bergulir kembali. Jaya Sepakbola Indonesia. Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan atau kesalahan data dari uraian ini, mohon dikritik dan beri masukan demi kemajuan bersama. Terima Kasih J